JAKARTA, KABAR AGRI– eFishery, startup perikanan yang telah menjadi unicorn pertama di industri akuakultur, kini berada di tengah sorotan akibat isu dugaan penyelewengan keuangan yang melibatkan CEO Gibran Huzaifah dan Chief Product Officer (CPO) Chrisna Aditya.
Meski demikian, eFishery tetap menjadi salah satu startup paling inovatif di Indonesia, dengan kontribusi besar bagi sektor perikanan melalui teknologi dan solusi canggih.
Kisah di Balik Startup Unicorn
Didirikan pada 2013 oleh Gibran Huzaifah di Bandung, eFishery memulai perjalanannya dengan berbagai tantangan, termasuk meyakinkan petani ikan untuk menggunakan alat pemberi pakan otomatis, eFeeder. Setelah melalui kerja keras selama 96 hari untuk menarik satu pengguna pertama, eFishery berhasil memproduksi alat ini secara massal pada 2016.
Dalam waktu singkat, eFishery berkembang pesat. Pada 2020, startup ini telah hadir di 280 kota/kabupaten di Indonesia, melayani 4.600 kolam ikan dan udang menggunakan eFeeder. Status unicorn berhasil diraih pada 2022 setelah pendanaan seri D sebesar $200 juta, dengan valuasi mencapai $1,4 miliar.
Tidak hanya di Indonesia, eFishery juga mencatatkan kesuksesan di pasar India, di mana perusahaan telah meraup keuntungan dalam waktu satu tahun sejak beroperasi.
Solusi Inovatif untuk Perikanan
eFishery menawarkan tiga kategori layanan utama:
- eFish untuk pembudidaya ikan, mencakup aplikasi eFisheryKu, alat eFeeder berbasis IoT, dan fitur jual hasil panen.
- eShrimp untuk pembudidaya udang, dengan fitur seperti eFarm, konsultasi ahli, dan kalkulator budidaya.
- eFish & eShrimp bagi pengusaha dan pembeli, menyediakan akses langsung untuk membeli produk hasil laut.
Melalui teknologi Internet of Things (IoT) dan layanan berbasis digital, eFishery membantu petani perikanan meningkatkan efisiensi budidaya dan akses ke pasar. Fitur unggulan seperti Kabayan (Kasih, Bayar Nanti) juga memberikan kemudahan pembiayaan bagi pembudidaya.
Isu Internal dan Langkah Strategis
Belakangan, eFishery menghadapi tantangan besar dengan investigasi terhadap CEO dan CPO-nya. Perusahaan telah mengambil langkah cepat dengan menunjuk Adhy Wibisono sebagai CEO interim dan Albertus Sasmitra sebagai CFO interim.
Hal ini dilakukan untuk memastikan tata kelola perusahaan tetap terjaga, sesuai dengan komitmen eFishery dalam mempertahankan standar etika tertinggi.
“Kami berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan dan etika dalam operasional perusahaan,” kata juru bicara eFishery dalam pernyataan tertulis seperti dikutip Kabar Agri dari Kata Data (16/12).
Menurut laporan DealStreetAsia, investigasi ini dipicu oleh dugaan penyelewengan laporan kinerja dan pendapatan keuangan.
Meski demikian, eFishery tetap optimis dan berfokus pada keberlanjutan bisnisnya, dengan pendapatan yang tumbuh 35% secara tahunan (YoY) hingga semester pertama 2024.
Masa Depan eFishery
Sebagai pionir di industri akuakultur, eFishery telah membuktikan kemampuannya dalam menciptakan solusi berbasis teknologi yang relevan dan berdampak luas. Meski diterpa isu internal, perusahaan ini tetap menunjukkan performa keuangan yang positif dan berkomitmen untuk memperkuat tata kelola serta keberlanjutan bisnisnya di masa depan.
Dengan terus mengembangkan inovasi dan memperluas pasar, eFishery berpotensi menjadi contoh sukses startup berbasis teknologi di Indonesia, sekaligus mendorong transformasi industri perikanan menuju era digital yang lebih efisien dan berkelanjutan.