Dari Laboratorium ke Ladang: Sorghum Minyak Jadi Pilar Energi Terbarukan

Agrotek Pertanian Riset Terkini

Kiri ke kanan: Kiyoul Park, Truyen Quach, dan Ming Guo memanen biomassa sorgum untuk dikirim ke IBRL di Universitas Illinois untuk diproses secara biologis. Foto : Cabbi.bio.

JAKARTA, KABAR ARGI– Peneliti di Center for Advanced Bioenergy and Bioproducts Innovation (CABBI) berhasil mengembangkan varian sorghum baru yang mampu menghasilkan minyak lebih banyak daripada kedelai, dengan potensi besar sebagai sumber bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan.

Temuan ini dapat membuka jalan bagi pengembangan energi terbarukan yang lebih berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada tanaman penghasil minyak tradisional.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di Plant Biotechnology Journal, para ilmuwan CABBI memaparkan penggunaan pipeline dari laboratorium ke lapangan yang sukses mengembangkan sorghum dengan kandungan triacylglycerols (TAG) yang sangat tinggi. TAG merupakan minyak nabati yang digunakan untuk bahan bakar terbarukan seperti bahan bakar pesawat terbang berkelanjutan (SAF) dan diesel terbarukan.

“Kerja ini merupakan hasil dari upaya besar yang menunjukkan bagaimana riset dasar dapat digunakan untuk mengembangkan bahan baku baru dalam rangka memenuhi kebutuhan energi global,” ujar Edgar Cahoon, Direktur Center for Plant Science Innovation di University of Nebraska, salah satu penulis utama penelitian tersebut seperti dikutip Kabar Agri dari laman Cabbi.bio (27/01/2025).

Para peneliti memodifikasi sorghum untuk menghasilkan hingga 5,5% TAG pada daun dan 3,5% pada batangnya, yang masing-masing 78 kali dan 58 kali lebih tinggi dari sorghum yang belum dimodifikasi. Hasil ini menunjukkan bahwa sorghum bisa menghasilkan sekitar 1,4 kali lebih banyak minyak per hektar dibandingkan kedelai, menjadikannya sumber bahan bakar terbarukan yang sangat menjanjikan.

Proses rekayasa genetika menggunakan pendekatan “push-pull-protect” yang memungkinkan tanaman untuk menyimpan lebih banyak minyak di organ vegetatifnya, seperti daun dan batang, yang biasanya hanya terjadi sebagai respons stres pada tanaman. Dengan metode ini, CABBI berhasil meningkatkan efisiensi produksi minyak tanaman sorghum, yang dapat tumbuh di iklim panas dan kering, menjadikannya pilihan ideal untuk lahan-lahan yang sulit diolah.

Sorghum yang dimodifikasi ini tidak hanya memberikan potensi untuk bahan bakar terbarukan, tetapi juga dapat menciptakan sumber pendapatan baru bagi petani. Selain itu, pengolahan sorghum minyak dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi bioproduk dan meningkatkan kehidupan pedesaan.

Peneliti juga terus berupaya untuk meningkatkan hasil minyak dari sorghum, dengan target mencapai 10% TAG dari berat kering tanaman. Dengan penelitian lebih lanjut, mereka berharap dapat mengatasi tantangan dalam meningkatkan stabilitas dan efisiensi produksi minyak dalam jangka panjang.

Penemuan ini membuka potensi baru bagi energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas, sekaligus mendukung keberlanjutan pertanian dan ekonomi pedesaan (Wan).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *