Tim Aruna bersama nelayan. Foto : Aruna.id
JAKARTA, KABAR AGRI– Indonesia, negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, seharusnya menjadi negara yang kaya akan hasil laut. Sayangnya, pada tahun 2019, Indonesia hanya menempati posisi ke-62 dalam Global Food Security Index, kalah jauh dari Malaysia yang berada di posisi 28.
Hal ini cukup menggelitik mengingat Indonesia adalah salah satu penghasil ikan terbesar di dunia. Namun, ada satu masalah besar: rendahnya konsumsi ikan di kalangan masyarakat.
Mengapa Konsumsi Ikan di Indonesia Rendah?
Banyak orang Indonesia lebih memilih daging sebagai sumber protein utama. Di masyarakat agraris, daging sapi, ayam, telur, dan susu lebih diminati daripada ikan. Padahal, ikan mengandung banyak manfaat kesehatan, termasuk omega-3 yang sangat baik untuk otak dan jantung.
Salah satu penyebab rendahnya konsumsi ikan adalah masalah distribusi dan infrastruktur yang belum memadai. Ikan segar yang dikirim jarak jauh seringkali memerlukan biaya tinggi untuk menjaga kualitasnya.
Namun, di sinilah Aruna, sebuah startup perikanan asal Indonesia, hadir sebagai solusi jitu. Didirikan pada 2016 oleh Farid Naufal Aslam, Utari Octavianty, dan Indraka Fadhlillah, Aruna berfokus pada pembangunan ekosistem perikanan yang memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan nelayan langsung dengan pasar.
Aruna mengoptimalkan perdagangan hasil laut secara lebih efisien, mengurangi peran tengkulak, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Mengapa Aruna Begitu Spesial?
Aruna tidak hanya sekedar memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan nelayan dengan pasar, namun mereka juga membangun ekosistem yang berkelanjutan dari hulu ke hilir.
Melalui platform digital yang mudah diakses oleh nelayan, Aruna memberi peluang kepada mereka untuk menjual hasil tangkapan langsung ke konsumen dan pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar negeri.
Startup ini memberi dampak positif luar biasa bagi ribuan nelayan Indonesia. Dengan lebih dari 15.000 nelayan yang tergabung di 30 komunitas dari Sabang hingga Merauke, Aruna tidak hanya menyuplai ikan segar, tapi juga memperbaiki taraf hidup nelayan.
Dulu, pendapatan mereka yang hanya sekitar satu juta Rupiah per bulan, kini bisa mencapai lebih dari tiga juta Rupiah per bulan dengan banyak produk yang berorientasi ekspor.
Tak hanya itu, Aruna juga menciptakan lapangan kerja baru di desa pesisir. Mereka merekrut putra daerah sebagai local heroes, yang bertugas membantu nelayan dalam proses digitalisasi dan pencatatan hasil tangkapan.
Aruna juga memberdayakan istri nelayan dengan memberi peluang kerja untuk mengolah hasil tangkapan laut, memberikan mereka tambahan penghasilan hingga enam juta Rupiah per bulan.
“Sekalipun Aruna adalah perusahaan teknologi, fokus utama Kami adalah memenuhi kebutuhan manusianya dulu. Bagi kami, teknologi itu bukan untuk menggantikan peran manusia, tapi untuk membantu agar SDM yang ada bisa berpikir dengan lebih strategis. Untuk itulah Kami menciptakan teknologi yang membantu para putra daerah agar dapat menjadi agen perubahan yang lebih efektif dan efisien di daerah masing-masing ” ujar General Director dan Co-Founder dari Aruna, Utari Octavianty seperti dikutip Kabar Agri dari CNBC Indonesia.
Sebuah Perjalanan yang Menginspirasi
Utari Octavianty, salah satu pendiri Aruna, adalah seorang anak nelayan yang lahir di Balikpapan. Dengan latar belakang ini, Utari merasakan langsung tantangan yang dihadapi nelayan, mulai dari infrastruktur yang buruk hingga harga yang tidak menguntungkan bagi mereka. Bersama Farid dan Indraka, Utari mendirikan Aruna dengan visi untuk mengubah nasib nelayan Indonesia.
Dalam perjalanannya, Aruna telah meraih banyak penghargaan, salah satunya adalah Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge 2019, serta dinobatkan sebagai The Most Social Impact Startup 2019 oleh Kemenristekdikti RI. Bahkan, para pendirinya juga tercatat dalam Forbes 30 Under 30 pada tahun 2020.
Menghadapi Pandemi dan Meningkatkan Penjualan
Di tengah pandemi COVID-19 yang mengguncang banyak sektor ekonomi, Aruna justru mencatatkan peningkatan penjualan sekitar 20%.
Dengan memanfaatkan teknologi e-commerce, Aruna mulai menjual seafood melalui platform seperti Tokopedia, Shopee, dan Sayurbox, memenuhi permintaan pasar yang semakin besar terhadap ikan segar.
Ekspor perikanan Indonesia pun mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan ekspor perikanan Indonesia selama Januari-September 2020 mencapai US$3,67 miliar, atau sekitar Rp52,14 triliun. Aruna, dengan berbagai inovasi dan pendekatannya yang efisien, telah turut berkontribusi dalam pencapaian tersebut.
Mengubah Wajah Perikanan Indonesia
Aruna tidak hanya membawa dampak positif bagi nelayan dan sektor perikanan, tetapi juga menunjukkan bagaimana teknologi dapat memberdayakan masyarakat lokal dan memperbaiki ketahanan pangan.
Startup ini telah mengubah cara kita memandang hasil laut, dari yang sebelumnya dianggap sebagai komoditas yang sulit diakses, kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Bagi generasi milenial yang peduli dengan keberlanjutan, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat, Aruna adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat membawa perubahan besar dalam industri tradisional. Dari seorang anak nelayan, Aruna telah menjadi simbol keberhasilan, dengan semangat untuk terus memberdayakan lebih banyak orang di pesisir Indonesia dan memberikan dampak sosial yang positif.
Dengan terus berkembang, Aruna memberikan inspirasi bagi kita semua bahwa perubahan dimulai dari kepedulian dan inovasi yang tepat sasaran. Perikanan yang lebih berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat pesisir bukan lagi impian, melainkan kenyataan yang semakin dekat***