Kolaborasi Global Botanic Gardens, Kunci Selamatkan Tanaman dari Kepunahan

Kehutanan Riset Terkini

Cambridge University Botanic Garden. Foto : Howard Rice

LONDON, KABAR AGRI– Tanaman liar di seluruh dunia menghadapi ancaman serius akibat kepunahan, dan kini dunia botanic gardens harus bersatu untuk melindungi keberagaman hayati tanaman.

Sebuah penelitian besar menunjukkan bahwa meskipun botanic gardens di berbagai negara telah berupaya mengoleksi tanaman untuk konservasi, namun upaya ini terbatas oleh sejumlah tantangan.

Penelitian yang mengamati data lebih dari seratus tahun dari lima puluh botanic gardens di seluruh dunia ini mengungkapkan satu kenyataan yang mengejutkan: koleksi tanaman hidup dunia kini telah mencapai kapasitas puncaknya.

Terbatasnya kemampuan untuk mengumpulkan lebih banyak variasi tanaman di alam liar akibat pembatasan pada pengumpulan tanaman liar membuat upaya melestarikan keragaman genetik tanaman terhambat.

Profesor Samuel Brockington, Kepala Kebun Botani Universitas Cambridge yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa upaya global dan kolaboratif antara kebun botani di seluruh dunia sangat dibutuhkan.

“Tanaman yang dapat diselamatkan dan dipelajari harus tersedia untuk penelitian lebih lanjut dan untuk diperkenalkan kembali ke alam liar di masa depan,”ujar Samuel seperti dikutip Kabar Agri dari laman cam.ac.uk (29/01/2025)

Keterbatasan dalam Konservasi Tanaman Terancam

Saat ini, sekitar 40% keragaman tanaman dunia berada dalam ancaman kepunahan yang lebih tinggi. Namun, meskipun beberapa kebun botani, seperti Royal Botanic Gardens Edinburgh, berhasil melakukan konservasi spesies tanaman terancam dengan sukses, sebagian besar kebun botani belum mengelola dengan baik konservasi tanaman terancam pada skala global.

Peneliti menunjukkan bahwa penting untuk melihat koleksi tanaman hidup sebagai sebuah ‘meta-koleksi’. Artinya, untuk melestarikan keragaman tanaman dunia, kebun botani harus bekerja sama, berbagi data, keahlian, serta mendukung pengembangan koleksi baru di wilayah selatan global, tempat sebagian besar keragaman hayati dunia berada.

Dampak Perubahan Iklim

Selain tantangan terbatasnya pengumpulan tanaman liar, perubahan iklim juga turut memengaruhi upaya konservasi tanaman. Dengan kondisi iklim yang semakin berubah, kebun botani di seluruh dunia menghadapi kesulitan untuk mempertahankan keragaman tanaman dalam koleksi mereka. Perubahan cuaca ekstrem, seperti suhu yang memecahkan rekor di Cambridge pada tahun 2019, bisa mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman-tanaman tersebut.

Brockington menekankan pentingnya pendekatan kolektif dalam menentukan lokasi terbaik untuk menumbuhkan berbagai spesies tanaman. Jika dipilih dengan tepat, lokasi-lokasi ini akan mendukung keberhasilan konservasi tanaman yang lebih baik.

Genetik yang Beragam untuk Masa Depan Tanaman

Untuk melestarikan tanaman terancam punah, keberagaman genetik adalah kunci. Semakin banyak individu tanaman dari suatu spesies yang ada dalam koleksi, semakin tinggi keberagaman genetik yang dapat diperoleh.

Penelitian menunjukkan bahwa koleksi tanaman hidup yang didistribusikan di berbagai lokasi aman dapat berkontribusi besar terhadap upaya konservasi ini, asalkan ada sumber daya dan fokus yang tepat.

Pengumpulan yang Etis dan Kolaboratif

Pada tahun lalu, Kebun Botani Universitas Cambridge membuka lowongan untuk seorang ‘Ekspedisi Botanist’ untuk memimpin ekspedisi pengumpulan tanaman global.

Brockington menyarankan bahwa pengumpulan tanaman yang kolaboratif dan etis sangat mungkin dilakukan, dengan membangun kemitraan internasional yang adil untuk tujuan konservasi tanaman yang lebih baik.

Dengan lebih dari 3.500 kebun botani di seluruh dunia, yang memfokuskan diri pada konservasi, penelitian, dan penyajian keragaman tanaman kepada publik, kolaborasi global menjadi kunci utama dalam upaya penyelamatan keragaman hayati tanaman di dunia (Marwan Aziz).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *